Kelebihan
dan Kekurangan
Karya:
T. G. Larasati
“Wah, kucingnya lucu-lucu, ya!” teriak
Ilfy dari ruang depan. Tentu Dara dan Rina yang sedang membelai kucing
terkaget-kaget. Ya, mereka sedang
melihat-lihat kucing di Pet Shop milik Pak Dani. Ilfy yang sebetulnya nggak
suka kucing, sekarang malah ketagihan untuk mengelus bulu kucing. Rencananya,
sih, mereka bertiga mau menabung untuk membeli salah satu kucing disana. Kalau
sudah beli, kucingnya akan di tempatkan di rumah Dara. Maklum, rumah Dara besar
dan punya tiga pembantu. Kan, salah satunya bisa merawat kucing itu.
“Pak, kalau kucing yang ini harganya
berapa, ya, Pak?” tanya Rina, sambil menunjuk kucing berwarna putih belang
coklat yang sedang menjilati kakinya. “Karena ini kucing anggora, harganya agak
mahal. 570 ribu rupiah untuk yang ini. Kalau yang di utara sana, harganya mulai
450 ribu sampai 780 ribu.” Ilfy berpikir,
andai aku punya uang lebih, aku pasti bisa memilikinya sekarang juga. “Ya,
sudah, kalau begitu, Pak. Terima kasih atas informasinya.” Kata Dara.
“Sudah, yuk, pulang.” kata Rina. “Kalian
pulang duluan saja. Aku mau beli bubur dulu untuk adikku.” seru Ilfy
melambaikan tangan. Ilfy merogoh sakunya. Kosong. Ia mengambil dompetnya di
tas. Kosong juga. Akhirnya Ilfy tidak jadi beli bubur untuk adiknya karena
uangnya habis. Kasihan sekali, ya.
Sore ini, Ilfy main ke rumah Dara.
Sekalian mengerjakan tugas kelompok. Dara mengajak Ilfy masuk ke kamarnya.
Kamar Dara luas sekali. Stiker dan perabot bergambar Hello Kitty didekorasi
dengan indahnya. Di sudut tempat tidurnya terdapat boneka kucing yang lucu. Di
sebelah kanan kamar ada meja belajar berwarna pink penuh dengan buku pelajaran. Ada juga lemari gantung penuh
dengan kamus bahasa.
Memang, Dara anak berprestasi di sekolah.
Ia paling pandai pelajaran bahasa Inggris. Maklum, ibunya berasal dari Amerika
Serikat. Kadang, Ilfy ingin menjadi seperti Dara. Menjadi pintar, kaya, dan
cantik. Dara sering mengajari Ilfy bahasa Inggris. Ilfy senang punya teman
seperti Dara.
Ilfy sering menceritakan hal ini pada
Bunda. Bunda bilang Ilfy tidak usah iri pada Dara. Ilfy juga pasti punya
kelebihan. Ilfy sekarang sedang fokus pada keterampilan di sekolah. Ia sadar ia
memang punya ekonomi yang tidak mencukupi kebutuhannya. Ia berpikir bagaimana
caranya membantu ibu dengan keterampilannya. Ia mendapat ide. Ia pun memecah
celengan berbentuk babi dan menghitungnya. “Wah, banyak sekali! Terima kasih,
ya, Tuhan!” teriak Ilfy dari kamarnya. Bunda terheran-heran melihat putrinya
yang sangat ceria.
“Bunda, aku pergi dulu, ya!” teriak Ilfy
yang sudah berada di teras rumah. Setelah Bunda mengizinkan, Ifly berlari
menuju gapura perumahan dan naik angkot menuju toko kain. “Mbak, saya mau beli
kain flannel 5 lembar, ya! Warna hijau, ungu, biru, kuning, dan pink. Harga 1 lembar berapa? Oh, ya,
saya juga beli benang dan lem tembak, ya. Berapa harga semuanya?” tanya Ilfy
pada pramuniaga disana. “Semuanya 45 ribu, dik.” kata pramuniaga dengan ramah.
Ilfy segera membayar dan naik angkot lagi menuju Betty Handycraft yang letaknya
cukup jauh dari toko kain tersebut.
Sesampainya di toko kak Betty, Ilfy minta
diajari membuat macam-macam benda berguna dari kain flannel. Kak Betty adalah
teman sekelas Bunda sewaktu kecil. Makanya ia mau mengajari Ilfy secara
cuma-Cuma alias gratis. Sebelum pulang, Ilfy tentu saja mengucapkan terima
kasih pada kak Betty atas bantuannya.
Keesokan harinya, Ilfy membawa kerajinan
tangan itu ke sekolah. Ia menawarkannya pada teman-teman. Ternyata, banyak
sekali yang memesan dari kelas 3 sampai kelas 6. Ilfy sangat senang. Sebagian
uang hasil penjualan ia tabung, sebagian lagi untuk modal usaha. Ternyata benar
kata Bunda. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan
lebih membanggakan lagi, Ilfy bisa membeli kucing idamannya sekaligus membuka
toko handy craft.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar