Senin, 22 Oktober 2012

Mystery of Winter Snowy World


Mystery of Winter Snowy World
Part 1
Karya:T.g.Larasati
     Pada suatu hari yang cerah, anak-anak di Greeny International Elementary School, mendapat kabar gembira dari Mr. Red, sang kepala sekolah. Anak-anak mendengarkannya.
     “Nah, anak-anak, dengarkan, ya. Besok akan diadakan perkemahan selama 4 hari 3 malam. Kalian wajib mengikutinya. Pemandu kalian adalah Mrs. White. Kalian harus mengikuti beliau. Ada pertanyaan?” begitu kata Mr. Red. Dengan berani, Myst bertanya, ”Sir, dimana kami akan berkemah?” Mr. Red menjelaskan kalau mereka akan berkemah di tengah hutan dengan sedikit binatang.
     Walau memang hanya sedikit binatangnya,semua anak perempuan berteriak ketakutan saat Mr. Red menjelaskan, kecuali Myst. Seorang teman Myst yang bernama Helen, mendekati Myst dan bertanya “Myst, apa kau tidak takut pergi berkemah di tengah hutan?” Myst tertawa. “Aku sudah biasa berurusan dengan binatang. Aku latihan di rumah. Latihannya seperti menangkap tikus, memukul kecoa, mengambil cicak, dan lain-lain.” jelas Myst sambil tertawa melihat muka Helen yang terlihat jijik dengan kegiatannya di rumah.
     Keesokan harinya, mereka semua berangkat dari sekolah. Helen memegangi tangan Myst karena takut. Mereka sampai tepat saat matahari terbenam. Myst mendirikan tenda dan pergi berkumpul untuk acara api unggun.
     Malamnya, turun salju yang aneh. Salju itu berbentuk seperti es krim tapi hanya turun di atas tenda Myst dan Helen saja. Tapi, saat Myst memanggil Mrs. White, salju itu berhenti turun. Myst dan Helen saling memandang. Kebingungan tentu saja.
     Pagi hari, Myst mencoba menyelidiki kejadian itu. Helen yang masih tertidur ditinggalnya sendirian. Diam-diam, ia pergi tanpa memberitahu Mr. Red atau Mrs. White.Sebelum pergi ia meninggalkan surat buat Helen, Mr. Red, dan Mrs. White. Begini suratnya:
Dear,
Helen, aku pergi dulu, ya. Aku mau menyelidiki salju yang kemarin turun. Sampaikan salamku pada Mr. Red dan Mrs. White.
Helen, kalau aku belum bisa pulang denganmu, kamu bergandeng tangan dengan Gabriella saja, ya.
Salam hangat, Myst.
     Begitu bunyi suratnya. Setelah Helen membaca surat itu, ia berteriak histeris sampai membangunkan teman-temannya di tenda sebelah. Helen ditemukan menangis ketakutan sambil memeluk guling yang dibawa Myst. Setelah ditenangkan oleh Mrs. White, Helen bercerita tentang salju yang turun kemarin. Mr. Red mengerti dan segera mencari Myst.
      Myst akhirnya ditemukan tetapi belum menemukan petunjuk. Sore harinya, ia berbekal makanan secukupnya, walkie talkie, baju dan tenda kembali melanjutkan pencarian. Kali ini, Helen ikut karena tidak ingin ditinggal. Tiba-tiba, Myst terperosok lubang salju yang sangat panjang. Karena ingin ikut Myst, Helen ikut-ikutan ‘memerosokkan diri’ ke lubang itu. Mereka berdua masuk ke sebuah tempat yang asing buat mereka. Dimanakah mereka? Akankah mereka menemukan ‘dalang’ dibalik hujan salju aneh itu? Kita akan tunggu di part 2!!

Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan dan Kekurangan
Karya: T. G. Larasati
     “Wah, kucingnya lucu-lucu, ya!” teriak Ilfy dari ruang depan. Tentu Dara dan Rina yang sedang membelai kucing terkaget-kaget.  Ya, mereka sedang melihat-lihat kucing di Pet Shop milik Pak Dani. Ilfy yang sebetulnya nggak suka kucing, sekarang malah ketagihan untuk mengelus bulu kucing. Rencananya, sih, mereka bertiga mau menabung untuk membeli salah satu kucing disana. Kalau sudah beli, kucingnya akan di tempatkan di rumah Dara. Maklum, rumah Dara besar dan punya tiga pembantu. Kan, salah satunya bisa merawat kucing itu.
     “Pak, kalau kucing yang ini harganya berapa, ya, Pak?” tanya Rina, sambil menunjuk kucing berwarna putih belang coklat yang sedang menjilati kakinya. “Karena ini kucing anggora, harganya agak mahal. 570 ribu rupiah untuk yang ini. Kalau yang di utara sana, harganya mulai 450 ribu sampai 780 ribu.” Ilfy berpikir, andai aku punya uang lebih, aku pasti bisa memilikinya sekarang juga. “Ya, sudah, kalau begitu, Pak. Terima kasih atas informasinya.” Kata Dara.
     “Sudah, yuk, pulang.” kata Rina. “Kalian pulang duluan saja. Aku mau beli bubur dulu untuk adikku.” seru Ilfy melambaikan tangan. Ilfy merogoh sakunya. Kosong. Ia mengambil dompetnya di tas. Kosong juga. Akhirnya Ilfy tidak jadi beli bubur untuk adiknya karena uangnya habis. Kasihan sekali, ya.
     Sore ini, Ilfy main ke rumah Dara. Sekalian mengerjakan tugas kelompok. Dara mengajak Ilfy masuk ke kamarnya. Kamar Dara luas sekali. Stiker dan perabot bergambar Hello Kitty didekorasi dengan indahnya. Di sudut tempat tidurnya terdapat boneka kucing yang lucu. Di sebelah kanan kamar ada meja belajar berwarna pink penuh dengan buku pelajaran. Ada juga lemari gantung penuh dengan kamus bahasa.
     Memang, Dara anak berprestasi di sekolah. Ia paling pandai pelajaran bahasa Inggris. Maklum, ibunya berasal dari Amerika Serikat. Kadang, Ilfy ingin menjadi seperti Dara. Menjadi pintar, kaya, dan cantik. Dara sering mengajari Ilfy bahasa Inggris. Ilfy senang punya teman seperti Dara.
     Ilfy sering menceritakan hal ini pada Bunda. Bunda bilang Ilfy tidak usah iri pada Dara. Ilfy juga pasti punya kelebihan. Ilfy sekarang sedang fokus pada keterampilan di sekolah. Ia sadar ia memang punya ekonomi yang tidak mencukupi kebutuhannya. Ia berpikir bagaimana caranya membantu ibu dengan keterampilannya. Ia mendapat ide. Ia pun memecah celengan berbentuk babi dan menghitungnya. “Wah, banyak sekali! Terima kasih, ya, Tuhan!” teriak Ilfy dari kamarnya. Bunda terheran-heran melihat putrinya yang sangat ceria.
     “Bunda, aku pergi dulu, ya!” teriak Ilfy yang sudah berada di teras rumah. Setelah Bunda mengizinkan, Ifly berlari menuju gapura perumahan dan naik angkot menuju toko kain. “Mbak, saya mau beli kain flannel 5 lembar, ya! Warna hijau, ungu, biru, kuning, dan pink. Harga 1 lembar berapa? Oh, ya, saya juga beli benang dan lem tembak, ya. Berapa harga semuanya?” tanya Ilfy pada pramuniaga disana. “Semuanya 45 ribu, dik.” kata pramuniaga dengan ramah. Ilfy segera membayar dan naik angkot lagi menuju Betty Handycraft yang letaknya cukup jauh dari toko kain tersebut.
     Sesampainya di toko kak Betty, Ilfy minta diajari membuat macam-macam benda berguna dari kain flannel. Kak Betty adalah teman sekelas Bunda sewaktu kecil. Makanya ia mau mengajari Ilfy secara cuma-Cuma alias gratis. Sebelum pulang, Ilfy tentu saja mengucapkan terima kasih pada kak Betty atas bantuannya.
     Keesokan harinya, Ilfy membawa kerajinan tangan itu ke sekolah. Ia menawarkannya pada teman-teman. Ternyata, banyak sekali yang memesan dari kelas 3 sampai kelas 6. Ilfy sangat senang. Sebagian uang hasil penjualan ia tabung, sebagian lagi untuk modal usaha. Ternyata benar kata Bunda. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan lebih membanggakan lagi, Ilfy bisa membeli kucing idamannya sekaligus membuka toko handy craft.

Friend Is You


Friend Is You
Karya:T.G.Larasati
     “Wah, bagus sekali suaranya, ya!” kata para penonton sambil memberi tepuk tangan buat Vena, yang baru saja selesai menyanyi. Belum lama setelah itu, Gabriel maju membacakan puisi buatannya tentang pengaruh jahat internet berlebih pada anak-anak. Penonton kembali bertepuk tangan. Lalu, Marcella-Marcello, nge-dance ala Justice Crew dari Australia. Penonton bertepuk tangan lagi.
     Vena, Gabriel, Marcella, dan Marcello memang selalu ditunjuk guru untuk mengisi acara di sekolah. Vena yang pintar menyanyi, Gabriel pintar sastra, dan si kembar MM, pintar banget kalau di suruh nge-dance.
     Tapi ada teman mereka yang sirik sama mereka. Dialah Visca. Anak pegawai bank BI ini sirik banget sama mereka berempat. Dia pernah beberapa kali menawarkan diri tampil fashion show di acara-acara sekolah. Tapi selalu ditolak karena busana yang kurang pas dengan temanya. Kalau temanya ‘Batik on Holiday’, dia pakainya baju pesta. Kadang juga terbalik-balik. Makanya, guru jarang menyuruh dia.
     Dia punya geng namanya ‘Anti-VGMM’. Jadi, dia juga punya geng yang sebal Vena, Gabriel, dan MM. Sebenarnya, teman-teman dalam geng itu suka tepuk tangan kalau mereka berempat tampil. Jadi, Visca punya musuh dalam selimut. Tapi, Visca nggak pernah tahu.
     VGMM sering mentraktir teman-teman di kantin sebagai wujud terima kasih atas dukungannya. Jadi, teman-teman di kelas suka banget sama VGMM. Mereka nggak sampai hati untuk berbuat usil pada VGMM.
     Sampai pada waktunya Persami, Visca sekelompok sama VGMM. Duh, sebalnya Visca. Dia nggak habis pikir, kenapa bisa, sih, dia sekelompok sama orang yang dia sebal. Mimpi apa dia tadi malam.
     Karena terlalu terburu-buru, Visca belum bersiap-siap secara clear. Dia belum bawa baju, lotion, bahkan minyak gosok untuk gigitan nyamuk pun belum dibawanya. Visca bingung mau meminta pada siapa. Nggak mungkin minta pada VGMM yang menyebalkan itu.
     Tapi, karena terpaksa, apa boleh buat? Dia minta pada Vena. Cara bicaranya bukan seperti orang minta tolong, tapi seperti polisi menginterogasi maling ayam. Seperti ini, nih: “Hei, aku ndeketin kamu bukan untuk minta maaf, tapi minta minyak gosok. Jadi, jangan anggap ini pertemanan.” kata Visca kasar. Tapi, dengan sabar, Vena mengoleskan minyak itu pada tubuh Visca. Visca, kan, anak manja. Jadi, nggak bisa pakai sendiri, deh!
     Di dalam ke’sirik’annya itu, Visca sadar, kalau sifatnya kurang disukai anak-anak lain. Semenit kemudian, Visca dan anak-anak VGMM sudah berbaikan. Senangnya, Visca, dia sudah punya teman lagi.